SEJARAH BANTEN
Banten
memang kaya peninggalan sejarah dari zaman megalitik sampai penjajah
Jepang, meskipun bila kita ke sana saat ini banyak prasarana umum yang
tertinggal. Ragam peninggalan di sana mencerminkan tingginya peradaban
nenek moyang, luasnya pergaulan orang Banten sampai di tingkat
internasional dengan rasa toleransi begitu tinggi antaretnis dan agama
saat itu. Banten bukan hanya sosok Sultan Ageng Tirtayasa atau Jendral
Daendels yang memaksa rakyat mengerjakan pembangunan jalan 1.000
kilometer dari Anyer hingga ke Panarukan di Jawa Timur. Ia lebih dari
itu. Banten tua memiliki kekayaan ilmu pengetahuan yang mengagumkan,
menjadi sumber sejarah tak habis-habisnya untuk dikupas sebab wilayah
itu berhubungan erat dengan wilayah Jawa bagian tengah dan barat yang
pada masa lalu dikenal lewat Kerajaan Demak (Jawa Tengah), Pajajaran
(Jawa Barat), atau Bogor dengan Kerajaan Pakuan. Peninggalan Sejarah dan
Purbakala (PSP) Banten yang berada di Kawasan Keraton Banten .
Diantaranya Keraton Surosowan. Kawasan seluas empat hektar yang
dikelilingi benteng setinggi dua meter itu menyisakan bekas bangunan,
seperti pintu gerbang keraton berbentuk bulat, kolam pemandian, hingga
sistem saluran air dalam keraton. Keindahan istana akan nampak terlihat
jika mata kita alihkan kesuatau objek Tiga tangga istana yang berbentuk
setengah lingkaran dari batu bata dan pemandian Roro Denok yang sampai
sekarang masih mengeluarkan air menjadi bukti keindahan Keraton
Surasowan.benten-surosowan. Kemajuan peradaban juga bisa disaksikan dari
sisa bangunan di sana. Pada tahun 1552, ketika keraton itu mulai
dibangun, nenek moyang kita ternyata sudah mengembangkan teknologi
penyaringan air bersih. Pada bagian belakang istana-jika bagian depan
istana diasumsikan bangunan yang ada tangganya-terdapat saluran air. Di
depannya ada enam keran (dulu terbuat dari besi berwarna kuning sehingga
tempat itu disebut Pancuran Emas) untuk mengambil air bersih yang sudah
disaring. Air bersih bersumber dari mata air Tasik Ardi, berjarak
sekitar 2,5 kilometer dari Keraton Surasowan. Sebelum digunakan untuk
minum, air itu harus melalui tiga penyaringan (peninggilan). Sumber air
Tasik Ardi hingga kini masih tetap asri dan menjadi salah satu tempat
wisata dalam kawasan Banten Lama, walau debit air yang dikeluarkan jauh
lebih kecil. Sementara, pipa saluran air menuju keraton tetap
terpelihara baik walau sebagian tertutup tanah dan jalan. Di dalam
wilayah eks Karesidenan Banten (sejak tahun 2000 menjadi provinsi
sendiri, pisah dari Provinsi Jabar) itu ada beberapa kawasan situs dan
peninggalan sejarah. Ada Banten Girang yang menyimpan situs zaman
megalitik, ada Banten Lama di mana terdapat bekas Keraton Surasowan,
Keraton Kaibon, Vihara Avalokitesvara, bekas benteng Speelwijk yang
dibangun VOC Belanda, terletak 10 km arah utara Kota Serang. Di Kota
Serang sendiri ada beberapa gedung yang masuk kategori cagar budaya
yangkresidenan.jpg perubahannya tak bisa dilakukan sembarangan.
Setidaknya di sana ada empat gedung bersejarah. Gedung negara (kini
kantor Gubenur Banten), dulu kantor Residen Banten yang dibangun pada
tahun 1800-an, gedung Joang (kini tempat organisasi massa berkantor),
bekas sekolah Mulo (kini Polres Serang), dan bekas markas marsose
Belanda dibangun pada tahun 1900-an (kini menjadi markas Korem 064
Maulana Yusuf Banten). Kondisi gedung-gedung itu relatif masih bagus.
Akan tetapi, penjara serta bangunan lain yang menjadi asrama polisi
harus dirawat dan dibersihkan. Penjara empat pintu yang umurnya
diperkirakan satu abad tersebut kini menjadi rumah tahanan Polres
Serang. Sekelumit pertanyaan tentang, bagaimana persisnya sejarah
kerajaan di Banten sejak abad ke-16 sampai abad ke-19, sampai sekarang
belum terpecahkan. sosok sejarah Banten hingga saat ini belum terwujud
utuh. Penggalan yang dikaji para ahli arkeologi baru mata rantai yang
terputus-putus. Walau demikian, hasil penelitian tersebut menjadi bukti
Banten memiliki nilai sejarah. Bukti keberadaan Kerajaan Banten antara
lain terdapat pada naskah kuno Pangeran Wangsakerta Cirebon abad ke-17
Masehi. SEPERTI apakah kejayaan Banten masa silam? Silakan saudara
sekalian menyaksikan Museum Banten Lama, depan bekas Keraton Surasowan
yang dikelola Kantor Peninggalan Sejarah dan Purbakala Banten. Di sana
terdapat lukisan dua duta besar Keraton Banten yang dikirim ke Inggris
pada tahun 1682. Dua utusan diplomatik itu adalah Kiai Ngabehi Wira
Pradja dan Kiai Abi Yahya Sendana. Archaeological Remains of Banten Lama
yang dibuat Pusat Penelitian Arkeologi Nasional karanghantu tahun 1984
menyatakan, sejarah Banten terutama terjadi pada abad ke-16 ke atas.
Antara abad ke-12 sampai ke-15 Banten sudah dikenal sebagai pelabuhan
untuk Pemerintah Inggris di Sunda. Pertumbuhan wilayah itu maju pesat.
Bandar yang berjarak hanya sekitar dua kilometer dari pusat Pemerintahan
Banten Lama disinggahi pedagang dari Gujarat (India), Tionghoa, Melayu,
Portugal, dan Belanda. Waktu itu, arus barang keluar-masuk pelabuhan
sangat lancar sehingga perekonomian Banten maju pesat. Pada zaman
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten dikenal sebagai eksportir
lada. Produk rempah-rempah mengundang banyak pedagang dari berbagai
negara datang lalu tinggal di sana. Tak aneh bila di kawasan itu berdiri
bangunan berusia di atas 100 tahun seperti vihara, mesjid Lama Banten,
serta bekas kampung Arab, India, dan Cina.
No comments:
Post a Comment