Cara Budidaya Kepiting Bakau
Selasa, 02 Juli 20131komentar
Kepiting banyak ditemukan di berbagai samudra dunia. Selain kepiting
laut, ada juga jenis kepiting yang hidup di darat dan air tawar,
khususnya di daerah-daerah tropis. Kepiting yang habitat hidupnya di
laut dan jarang naik ke wilayah daratan namanya rajungan, sedangkan
ketam yang menghuni wilayah perairan tawar dikenal dengan nama yuyu.
Kepiting memiliki beragam ukuran, misalnya ketam kacang dengan ukuran
beberapa milimeter saja, sampai jenis kepiting laba-laba Jepang yang
rentangan kakinya mencapai 4 meter. Satu jenis kepiting yang saat ini
sedang mengalami perkembangan pangsa pasar adalah kepiting bakau (jenis
Scylla serrata). Pertumbuhan pangsa pasar ini terjadi di dalam dan luar
negeri. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha budidaya intensif untuk
jenis kepiting ini.
Dalam budidaya kepiting bakau,
diperlukan ketersediaan lahan bebas polusi, pengelolaan yang baik,
serta benih yang unggul. Untuk lahan pemeliharaan, tambak tradisional
yang biasanya digunakan untuk memelihara bandeng atau udang bisa
dimanfaatkan.
Macam-macam kepiting bakau
Ada beberapa macam kepiting bakau yang bisa kita ketahui:
• Scylla
oceanica: kepiting jenis ini warnanya agak kehijauan serta memiliki
garis coklat di hampir semua bagian tubuhnya, terkecuali di bagian
perutnya.
• Scylla serrata: kepiting jenis ini memiliki ciri khas warna keabu-abuan hingga hijau kemerah-merahan.
• Scylla
transquebarica: jenis yang terakhir ini warnanya kehijauan hingga
kehitaman dan terdapat sedikit garis coklat pada bagian kaki renangnya.
Dibandingkan dua jenis kepiting lainnya, Scylla serrata memiliki ukuran
lebih kecil di usia yang sama. Namun dibandingkan yang lain, jenis ini
lebih bersaing dan diminati pembeli.
Sifat kepiting bakau
Secara umum, kepiting bakau memiliki sifat dan kebiasaan sebagai berikut:
• Saling
menyerang dan kanibalisme. Pada kepiting, kedua sifat ini adalah ciri
khas yang paling menonjol, sehingga hal ini pula yang menjadi tantangan
dalam usaha pembudidayaan kepiting.
• Kesukaannya berendam di dalam lumpur serta membuat lubang di pematang atau dinding tambak pemeliharaan.
• Kepekaan pada tingkat pencemaran atau polutan.
• Ganti kulit atau molting.
Lokasi budidaya
Untuk lokasi pemeliharaan, usahakan tambak kepiting memiliki kedalaman
antara 0.8-1.0 meter dan kondisikan salinitas air berada pada 15-30 ppt.
Sedangkan tanah tambak dibuat berlumpur dengan pola tekstur berupa
lempung berliat / silty loam atau tanah liat berpasir / sandy clay, dan
yang terakhir selisih pasang surutnya kira-kira antara 1.5-2 meter.
Selain syarat-syarat diatas, pada intinya tambak pemeliharaan untuk
udang atau bandeng juga bisa digunakan untuk budidaya kepiting bakau.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan ketika memilih lokasi untuk memelihara kepiting di antaranya:
Pakan yang tersedia harus memadai dan kontinuitasnya juga terjamin.
Air yang dipakai haruslah cukup dan bebas dari polusi.
Terdapat tenaga terampil yang mampu menguasai teknis pembudidayaan kepiting.
Adanya sarana serta prasarana untuk produksi maupun pemasaran.
Disain tambak untuk pemeliharaan kepiting bakau
Desain tambak untuk pemeliharaan kepiting bakau tidak boleh disepelekan.
Jika perlakuan pada kepiting selama pemeliharaan ternyata kurang baik,
semisal makanan kurang memadai dan mutu air tidak diperhatikan, maka
kepiting bisa berusaha untuk meloloskan diri di saat ia mencapai kondisi
matang telur. Kepiting akan memanjat pagar / dinding tambak, bisa juga
dengan membuat lubang di pematang tambak. Guna menghindari hal ini, maka
konstruksi pintu air dan pematang harus diperhatikan dengan cermat.
Pematang bisa dipasangi pagar dari waring atau kere bambu yang akan
mencegah kepiting untuk lolos.
Pemasangan waring atau kere bambu pada pematang yang kokoh (dengan lebar
sekitar 2-4 meter) bisa dilakukan di bagian pinggir atas pematang
dengan ketinggian kira-kira 60 cm. Sedangkan pada tambak dengan kondisi
pematang yang tidak kokoh, pagar bisa dipasang pada pematang di bagian
kaki dasarnya setinggi paling tidak 1 meter.
Penebaran bibit
Untuk pembudidayaan kepiting tradisional yang asalnya berupa tangkapan
dari alam, petani kepiting hanya mengandalkan bibit dari
kepiting-kepiting yang datang secara alami ketika air mengalami pasang
surut. Pada sistem budidaya monokultur, bibit kepiting yang beratnya
20-50 gram bisa ditebar dengan jumlah kepadatan sekitar 5000-15000
ekor/hektar. Sedangkan untuk budidaya polikultur bersama ikan bandeng,
bibit kepiting seberat 20-50 gram bisa mulai ditebar dengan angka
kepadatan kira-kira 1000-2000 ekor/hektar, sementara bandeng gelondongan
dengan berat kira-kira 2-5 gram bisa ditebar dengan jumlah kepadatan
sekitar 2000-3000 ekor/hektar.
Pembudidayaan kepiting bertelur
Kepiting yang dipanen, selanjutnya bisa dibudidayakan kembali guna
meningkatkan kualitas kepiting betina melalui cara pembudidayaan yang
intensif. Kepiting dengan kondisi betelur akan menaikkan nilai jualnya
karena harganya bisa mencapai 2-3x lipat harga kepiting yang tidak
bertelur. Hal ini dapat membantu meningkatkan pendapatan petani
kepiting. Metode untuk menghasilkan kepiting yang bertelur dikelompokkan
menjadi dua macam:
• Sistim Kurungan
Kurungan bisa dibuat menjadi suatu rangkaian dengan bahan dasar bambu.
Panjang bilah bambu yakni 1,7 meter dan lebarnya 1-2 cm. Bilah-bilah
bambu tersebut dirangkai dengan rapi sehingga membentuk semacam pagar
atau kere. Kere ini selanjutnya dipasang di saluran tambak dengan posisi
memanjang di pinggirannya. Ketika dipasang pada tambak, hendaknya kere
ditempatkan di bagian yang lebih dalam serta mendapat sirkulasi air yang
memadai. Pagar bambu atau kere ditancapkan hingga sedalam 30 cm serta
bagian bawah kere dibuat agak rapat agar agar kepiting tidak mudah
lolos. Sedangkan ukuran kurungan yang ditempatkan di saluran tambak
harus menyesuaikan dengan lebar saluran agar tak menghambat kelancaran
aliran tambak tersebut. Pada skala lebih besar lagi, dapat digunakan
petakan tambak seluas 0.25-0.50 hektar yang dikelilingi pagar berbahan
dasar waring atau kere bambu. Pagar bambu selanjutnya ditancapkan
sedalam kira-kira 30 cm lalu usahakan bagian pagar yang halus untuk
menghadap ke arah dalam agar kepiting tak bisa memanjatnya sebab bagian
tersebut licin.
• Karamba Apung
Selain kurungan, metode pembudidayaan kepiting bertelur bisa juga
memanfaatkan karamba apung. Pembuatan karamba apung bisa dirangkai dari
bilah bambu sebagaimana halnya pembuatan kere. Karamba apung yang telah
dirangkai menjadi bentuk kotak, ukurannya disesuaikan pada lokasi dimana
ini akan ditempatkan. Berikutnya, pada sisi-sisi yang berlawanan,
pelampung yang dibuat dari potongan beberapa bambu utuh dipasang. Pada
usaha pembudidayaan kepiting menggunakan karamba apung, kepadatan bisa
mencapai 20 ekor/m2. Kepadatan inilah yang akan meningkatkan peluang
hidup kepiting. Untuk bobot kepiting bertelur siap panen kira-kira
adalah 200 gr/ekor. Sedangkan proses produksi paling lama kepiting
bertelur berlangsung kira-kira 5-14 hari, atau bisa juga tergantung pada
ukuran awal kepiting saat penebaran. Masa pemeliharaan yang singkat ini
bisa jadi terkait kondisi kepiting betina saat penebaran dengan bobot
150 gram yang biasanya telah mengandung telur.
Usaha penggemukan
Selain dijadikan kepiting yang bertelur, peluang lain yang diusahakan
adalah penggemukan kepiting. Untuk proses penggemukan sama seperti
budidaya kepiting bertelur. Sedangkan caranya bisa dengan memanfaatkan
karamba bambu apung atau kurungan bambu. Perbedaan jelas disini terletak
pada jenis kepiting yang diusahakan. Kepiting pada budidaya penggemukan
ini merupakan kepiting dengan ukuran ekspor dari kelompok kelamin
betina maupun jantan yang masih dalam kondisi keropos. Lama waktu
penggemukan kira-kira 5-10 hari. Dalam waktu ini kepiting sudah bisa
berisi dan gemuk bila dipelihara dengan cukup baik. Bahkan jika
pemeliharaan dilanjutkan lagi untuk jenis kepiting betina, maka bisa
menjadi kepiting yang bertelur. Sedangkan guna menghindari angka
kematian akibat perkelahian betina dan jantan, sebaiknya lakukan
pemeliharaan secara monosex.
Pakan
Bermacam jenis pakan yang bisa diberikan pada kepiting misalnya ikan
rucah, kulit sapi, usus ayam, bekicot, kulit kambing, keong sawah, dan
sebagainya. Dari bermacam pakan itu, ikan rucah yang masih segar dinilai
lebih baik bila ditinjau dari unsur kimiawinya maupun tekstur fisiknya
untuk dapat dimakan dengan cepat oleh kepiting. Pada usaha pembesaran,
pemberian pakan sifatnya hanya suplemen saja dengan dosis kira-kira 5%.
Berbeda dengan budidaya penggemukan dan kepiting bertelur, dimana
pemberian pakan perlu diperhatikan secara seksama dengan dosis sekitar
5-15% dari bobot kepiting yang dibudidayakan.
Panen dan pasca panen
Setelah jangka waktu beberapa bulan, proses seleksi kepiting untuk
pemanenan bisa dilakukan dengan memilih kepiting dengan ukuran siap
jual. Selain dipungut, kepiting bisa juga dilepas kembali dalam kolam
pembesaran guna mendapatkan kegemukan atau ukuran lebih besar. Setelah
dilakukan pemungutan keputung siap jual, langkah selanjutnya adalah
mengikat kepiting dalam keranjang. Ada cara-cara yang perlu diperhatikan
untuk mengikat kepiting agar tidak merusak fisiknya:
• Pengikatan dilakukan pada seluruh kaki dan kedua capitnya
• Ikat capitnya menggunakan satu tali saja
• Ikat masing-masing capit menggunakan tali terpisah
• Tali pengikat yang digunakan bisa berupa tali rafia maupun jenis lainnya yang sekiranya cukup kuat.
Penanganan kepiting selanjutnya setelah disusun ke dalam keranjang
adalah menjaga kondisi kelembaban dan suhu. Usahakan agar suhu tidak
melebihi 26°C, selain itu kelembaban yang disarankan adalah 95%. Cara
yang bisa ditempuh untuk menjaga kondisi kelembaban dan suhu ideal bagi
kepiting selama pengangkutan yakni dengan mencelupkan kepiting dalam air
bersalinitas 15-25% (air payau) sekitar 5 menit sembari
digoyang-goyangkan untuk melepas kotoran kepiting. Setelah itu, baru
kepiting disusun lagi dalam wadah dan tutup wadah menggunakan goni
basah